Bicara Social Media dan Manfaatnya Bersama GEN – Z

IMG_0929

Berawal dari chat line guru SMP saya beberapa minggu sebelumnya. Beliau mengundang saya untuk berbagi ilmu ke adik – adik kelas tentang dunia digital khususnya social media pada saat ini. Ajakan ini saya langsung iyakan karena menjadi baik untuk saya untuk berbagi. Sebelum hari H datang, saya kembali bertanya kepada guru saya apa materi yang nanti saya bawakan tidak terlalu berlebihan untuk GEN-Z yang notabennya masih menggunakan dan melihat media social sebagai alat pertemanan plus rujukan refrensi gaya hidup. Ngeri memang namun itu faktanya kawan. Lanjut penentuan materi, secara guru saya tak berkomentar apa-apa, maka saya semakin ragu dengan materi pertama, apa benar materi yang tak begitu penting untuk mereka akan dinikmati. Memang mereka masih anak – anak yang lahir 15 tahun setelah saya, namun sebagai orang yang ingin berbagi, tak pantas rasanya lawan bicara kita tak menikmati cerita yang kita berikan.

H-2, masih berpikir kira-kira materi apa yang cocok untuk disampaikan dan bermanfaat untuk adik – adik kelas saya ini. Saya coba sedikit berpikir jauh kebelakang waktu saya mengenal social media dan untuk apa saya gunakan dahulu. Cukup lama berfikir dan akhirnya saya dapat tema yang cocok untuk disampaikan ke adik kelas nantinya.

Hari itupun datang, pagi hari yang beitu semangat untuk berbagi. Bergegas untuk ke Sekolah dimana saya disuruh “Ngamen” oleh guru saya. Tiba waktu untuk berbagi, senang rasanya materi yang bertemakan “Perkembangan Media Sosial dan Pemanfaatan Untuk Hobi Anak” didengarkan dengan baik oleh adik – adik kelas. Mereka tidak terlalu banyak tanya memang tetapi antusiasnya terlihat dari cara mereka mendengarkan cerita saya. Materi cukup sederhana, saya ajak mereka untuk menemukan hobinya, lalu memanfaatkan sosial media untuk membangun personal branding diri mereka.

Ada lima hal yang saya bagikan,

1. Adalah IQRA atau membaca, dimana kita harus terus membaca agar ilmu kita tetap bertambah dan menjadi selalu baru.

2. Jangan “UUD” atau Ujung-ujungnya duit, banyak orang menggunakan sosial media langsung bertujuan untuk meraup uang dari pekerjaan atau hobinya itu. Jangan berpikir hasil kawan, kalian akan terlewat proses demi prosesnya.

3. Berbagi, ya memang sosial media adalah tempat berbagi paling praktis dan ampuh untuk kalian menunjukan bahwa diri kalian itu bisa dan mampu dibidang yang kaian cintai, tentu dengan ilmu dari poin pertama.

4. Menulis, poin ini sangat penting. Seseorang pernah bertutur pada saya bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah kemampuan menulis. Kemampuan merangkai kata dari pola piker setiap individu. Nah makanya di kesempatan berbagi ini, poin ini saya ceritakan. Dengan social media, menulis menjadi menyenangkan, banyak teknik dan platform seperti web yang rumit sampai blogspot yang sederhana, atau bahkan facebook sebagai postingan singkat di status kawan.

5. Opini, ya untuk gen-z membangun opini itu penting dilatih. Banyak adik-adik kita ini terlalu larut dalam arus dan terkadang lupa untuk berenang mencari jalurnya sendiri. “Only dead fish go with the flow” maksud saya bukan coba menentang arus, namun lebih baik kita coba sesekali berenang kearah yang ingin kita tuju dengan opini yang kita miliki. Dengan membangun opini orang bisa didengar dan dengan opini orang bisa merubah sesuatu.

Senang memang bisa berbagi kesemua orang. Terima kasih untuk sekolah SMP Annisaa dan Kak Agus sebagai mentor yang telah mengundan serta mengemas acara sharing ini. Semoga bermanfaat kawan, kedepan mungkin kalian yang akan terus berbagi untuk siapapun demi kebaikan dan kemajuan.

Posted in Creative Thing, Daily Ideas, Social Media Opinion | Leave a comment

Sukseskah Para Minions Membantu Consumer Promo.

minions_2015-wideKembali lagi berbagi. Kali ini terinspirasi dari ajakan kekasih menonton film “Minions”.

Sebelumnya film “Minions” ini terkenal, minions-minions kecil ini sudah terkenal melalui film “Despicable Me 2” pada tahun 2013. kehadiran film ini kembali menyedot perhatian masyarakat dunia tak terkecuali Indoesia. Terbukti, dari antrian tiket yang didominasi oleh keluarga, anak-anak, hingga adik-adik lucu rela antri demi menonton si kuning penyuka “Banana”.

Keramaian ini yang coba di manfaatkan oleh sebuah restoran cepat saji. Ada yang tahu nama restoran cepat saji itu apa? yap betul sekali, restoran cepat saji itu adalah McDonald’s Indonesia. McDonald’s  kembali memanfaatkan kehebohan si kecil kuning ini untuk dijadikan materi consumer promotion.

Dibundling dengan paket happy meals, McDonald’s memanfaatkan karakter minions sebagai partner paket tersebut. Minions dari happy meal lebih suka saya bilang bukan sebagai iming-iming melainkan gift/pemberian dari McDonald’s, karena bahasa iming-iming lebih sering digunakan untuk hal yang negatif atau bersyarat (adanya paksaan). Paket bundling ini membuka peluang untuk consumer koleksi.

McDonald’s menyiapkan 900ribu Minion sebagai hadiah yang jika dibandingkan dengan promo-promo sebelumnya, yang hanya memproduksi 300 ribu karakter Minions. Faktai menariknya adalah dua tahun lalu, 300 ribu Minions itu habis terjual dalam waktu kurang dari dua minggu. Berlaku juga untuk tahun ini, seluruh McDonald’s ramai dikunjungin consumer untuk antre demi si kecil kuning ini. Itu artinya, membonceng sebuah tren adalah cara tepat dilakukan untuk dijadikan consumer promotion.

Minions

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah berpengaruh dengan penjualan makanan mereka? karena dapat dilihat orang hanya memburu mainannya saja untuk dikoleksi.

Dari pengamatan saya tidak hanya demikian, banyak anak yang kemudian mengajak orang tuanya untuk mampir ke McDonald’s. Ini membuka peluang bahwa tidak hanya happy meal saja yang akhirnya dibeli melainkan paket McDonald’s yang lain dan juga program seperti happy meals seperti itu cukup efektif karena konsumen mendapat value lebih selain makanan. Selain itu, program itu juga bisa mengedukasi anak secara dini untuk makan di McDonald’s.

Apa yang sebetulnya dilakukan oleh McDonald’s dengan Minions tersebut untuk meningkatkan brand awareness mereka?

Program seperti ini dapat meningkatkan brand awareness McDonald’s dan menjadikan brand tampak lebih segar. Bahkan, image McDonald’s ikut terdongkrak sebagai merek global, karena Minions memang karakter global.

Apakah ini bisa bertahan lama?

Ini yang saya sedikit khawatirkan, tidak adanya branding di karakter Minions akan membuat brand awareness naik sesaat. Sementara itu, untuk tetap menjaga consumer cepat lupa akan hype ini seharusnya pihak McDonald’s bisa bekerja sama dengan produsen Minions untuk menempelkan merek McDonald’s di produk Minion. Misalnya, si miniature Minions memakai kaos dengan logo McDonald’s. Dengan demikian, hal itu terlihat customized dan tetap bisa diingat oleh consumer.

minions-1

 

Posted in Creative Thing, Marketing | Tagged , , | Leave a comment

Kala Instagram Menggoda

instagram

Instagram adalah media social wajib bagi para netizen saat ini, dengan tampilan gambar dan semi editing sebagai fiturnya, banyak netizen yang memanfaatkannya sebagai channel komunikasi baru. Dari sekedar hobby hingga jualan, dari sekedar foto sampai menggalang kekuatan perubahan. Mengapa Instagram segitu berpengaruhnya sebagai channel komunikasi yang paling diminati dan sudah menjadi syarat wajib. Yuk mari kita bahas.

Faktanya sainsnya adalah otak manusia 60x lebih cepat dalam menerima gambar dibandingkan memahami tulisan, 65% manusia lebih cepat belajar menggunakan gambar, 50%  otak kita digunakan untuk memproses gambar, 90% informasi yang masuk ke otak adalah gambar. (sumber: www.demandgenreport.com)

otack fact

Tidak hanya individu perseorangan atau netizen saja yang menggunakan Instagram, ternyata brand juga mulai menggunakannya. Dan menurut laporan riser dari L2, banyak brand yang tergoda oleh instagram dibandingkan dengan Facebook. Buktinya, menurut riset tersebut makin banyak brand yang mem-posting konten di Instagram.

Apa alasan mereka memilih Instagram? Menurut laporan tersebut, brand tahu bahwa apapun yang mereka posting di Instagram akan tampak di feed followersnya. Tapi, di Facebook, jika brand tidak membayar untuk mempromosikan konten mereka, maka sebagian besar dari konten tak akan tampak di News Feed audiencenya.

Nah itulah yang merubah Instagram yang nitabene dimiliki Facebook, menjadi sebuah kekuaran kanal marketing yang berkembang saat ini.

Fakta lainnya mengapa brand besar mulai membangun followersnya di Instagram adalah, pesatnya pertumbuhan followers yang mencapai 300 juta pengguna per bulan. Alasan lainnya adalah mengenai umur pengguna yang lebih muda dibandingkan dengan pengguna Facebook.

Uniknya lagi, di Amerika sebesar 3 juta pengguna remaja Facebook sudah mulai meninggalkan Facebook sejak 2011 dan 2014. Dengan demografi pengguna yang sama kini Instagram diklaim sebagai jejaring social paling penting.

Berikut fakta-fakta yang dikemukakan oleh L2 dan Olapic – perusahaan teknologi social marketing, tentang Instagram:

  • Brand rata-rata mem-postingkonten sebanyak 9.3 kali per minggu. Angka tersebut menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya yang rata-rata 7.5 kali per minggu.
  • Frekuensi posting konten di Facebook menurun dari 11.1 kali per minggu menjadi 8.8
  • Basis penggemar di Instagram meingkat rata-rata 26% selama satu tahun terakhir.
  • Performa konten foto lebih baik daripada video. Engagement pengguna dengan konten foto sebesar 1.03% , sedangkan dengan video 0.79%
  • Aplikasi Instagram yaitu Hyperlapse – aplikasi yang mempercepat video menjadi aksi fast-motion,tak sesuai harapan dengan hanya 2.4% brand yang menggunakannya sejak dirilis pada Agustus tahun lalu.

Nah di Indonesia sendiri juga gak kalah seru Instagram ini. Mulai dari meme sampai gerakan social bisa dimulai dengan instagram. Setidaknya brand harus mulai membuka channel baru ini untuk berkomunikasi dan “memeluk” para consumer mereka, namun harus tetap diperhatikan konten apa yang akan brand bawa dengan kombinasi foto tulisan di Instagram, cocok atau tidak, efektif atau tidak, jangan hanya mengikuti perkembangan teknologi tapi malah blunder untuk perusahaan sendiri karena konten yang tak sesuai dengan solusi yang ditawarkan bran.

Lagi – lagi konten adalah raja…

Posted in Marketing, Social Media Opinion | Tagged , , , | Leave a comment

Tersurat dan Tersirat, Guerrilla Marketing.

 

7

Diera modern saat ini, masyarakat sudah mengerti yang namanya pencitraan. Pencitraan perorangan atau bahkan brand itu sendiri. Tak bisa dihindari bahwa tanggapan pro dan kontra selalu ada tentang apa yang perorangan lakukan dan bahka brand lakukanpun kena dampaknya.

Ketika brand ingin berjualan atau ingin memperkenalkan produk barunya, brand sekarang tak bisa lagi berjualan secara langsung (hardsale) atau bahkan brand harus mencari kreatifitas yang lain hanya untuk mencapai tingkat Awareness dari beberapa tingkatan tahap pembelian (Action di AISAS). Fenomena ini tak hanya berlaku di brand kecil tetapi berlaku untuk brand kelas kakap sekalipun.

Di Indonesa, brand besar sekalipun pada saat melakukan campaign sebuah produk atau layanan baru mereka tak jarang harus berpikir untuk menghadirkan cara beriklan dan mengkomunikasikan  dalam membangun Awareness mereka saja.

Cara lain itu bisa dihadirkan melalui yang namanya  Guerrilla Marketing. Pada dasarnya teknik marketing ini sudah lama ada di Indonesia. Contoh yang dulu sering beredar itu dropbox-nya dengan tema campaign “Mizone Ur Flava Sudden Drop Box” Penasaran? Langsung aja lihat clipnya….

Dari contoh diatas, Mizone tidak bicara apakah nantinya mereka yang mengambil Mizone akan menjadi keuntungan secara penjualan, tetapi Mizone hanya ingin meningkatkan sisi Awareness brand dan produk baru mereka.

Bicara konsepnya, Guerrilla Marketing diperuntukan untuk bisnis skala kecil dan menengah. Tetapi, banyak perusahaan besar dengan bisnis besarpun harus tetap melakukan teknik ini hanya untuk menyentuh sisi awareness masyarakat yang mungkin sudah tahu positioning brand besar ini.

Yang dibutuhkan dalam meciptakan Guerrilla Marketing menurut saya adalah, ide, energy dan pesan yang akan dibawa dicapaign tersebut (termasuk kesabaran dalam menunggu hasil) :D.

Tipe dari marketing ini adalah menghadirkan sisi lain dari sebuah bentukk promosi convensional, interaktif melibatkan keseharian masyarakat dan ada pada lingkungan keseharian masyarakat itu sendiri. Dengan menghadirkan sisi uniknya, merangkul atau mengajak audience untuk terlibat dan memporvokasi untuk mencapai tahapan Sharing campaign yang kita lakukan (pada tingkatan AISAS).

Guerrilla Marketing menghadirkan pendekatan baru dalam model periklanan. Dengan teknik ini, Promosi brand mampu melakukan pendakat langsung kepada calon costumer diarea keseharian mereka, memberikan produk untuk langsung dicoba oleh calon costumer, dan pastinya brand bisa memberikan pengalaman yang berbeda terhadap costumer yang nantinya akan dibicarakan untuk dijadikan viral.

Pertanyaanya, bagaimana menciptakan Guerrilla Marketing dengan teknologi digital? Tunggu artikel berikutnya yaa…heheheh… 😀

Senang bisa berbagi. Ada pertanyaan atau koreksi bisa langsung komen di kolom bawah artikel ini ya kawan..Ciaaaaoooo 🙂

#ShareItEveryday

Posted in Marketing | Tagged , , , , | Leave a comment

Saatnya Memanusiakan Brand.

stick figure brands

Era digital ini semakin banyak merk atau brand tumbuh (luar negri maupun lokal) yang memanfaatkan lini media sosial. Tak bisa dihindari rangkaian promo menarik selalu berdatangan. Hanya lewat di timeline Twitter sampai private message di line bahkan cara lama melalui sms. Apa pendapat kalian? Memang mereka sebagai brand tidak salah melakukan hal seperti itu karena sebuah brand membutuhkan promosi untuk mengkomunikasikan brand dan produk mereka. Tak salah juga mereka muncul di lini masa media social kita, toh mereka (brand) melakukan promo dengan persetujuan kita (Like, Follow, etc), betul?

Banyaknya  brand yang menggunakan media social secara tidak langsung mulai memenuhi lini masa kita, mulai dari informasi mengenai produk hingga promo hard sale mereka. Merasa terganggu dengan promo beberapa brand, bisa saja terjadi dan ini yang seharusnya brand lihat sebagai perubahan gaya penyampaian dimedia social.

Menjadikan Brand sebagai “manusia” dimedia social adalah cara terbaik agar brand kita tetap didengar. Dengan menjadikan brand sebagai “manusia” lini masa tak akan merasa canggung dan asing dengan postingan dari sebuah brand dan dengan merasa tidak asing, audience akan aware terhadap pesang yang brand sampaikan, dengan begitu informasi yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audience.

Disisi lainnya, menjadikan brand sebagai “manusia” tidak luput dari perubahan jaman dan era. Diera globalisasi yang audiencenya mudah dipengaruhi oleh lingkungan, setiap brand harus mengubah cara mereka dalam menyampaikan pesan kepada customernya. Selain berkualitas, sebuah brand akan diakui sebagai good brand apabila memiliki nilai kesederhanaan yang dapat ditemukan oleh audiencenya dikehidupan pertemanan bahkan keluarga. (kepercayaan, kebersamaa, dan rasa tanggung jawab).

Membuat brand seperi “manusia” bertujuan untuk menekankan pentingnya pemahaman bahwa audience anda lebih dari sekedar konsumen. Personality bahasa yang diciptakan dilini masa mereka bukan lagi diciptakan perusahaan, melainkan sebagai “manusia”.

Brand yang diluncurkan harus melihat konsumen sebagai seorang manusia. Manusia tak hanya butuh kualitas, tetapi juga butuh komunikasi sesama manusia. Dengan menjadikan “manusia” dan bergaya “manusia” sebuah brand akan mendapatkan tanggapan, perhatian dan obrolan dilini masa mereka. Tanggapan, perhatian dan obrolan menarik akan meningkatkan viral sebuah informasi. Dengan terciptanya komunikasi ala “manusia”. Pada tahapan kemanusiaan yang paling dekat, sesame manusia akan menghasilkan sebuah kepercayaan, dukungan dan keyakinan terhadap sebuah informasi yang akan disampaikan. Nah ini adalah tujuan sebuah brand dimedia sosial. Dan yang lebih penting adalah menciptakan unconditional love. Kepercayaan dibangun lebih bersifat take and give dan berifat menghargai terhadap sesama “manusia”.

Sudah saatnya brand “memanusiakan” brand mereka. Disana sebuah brand bertanggung jawab pada pengembangan paradigm bahwa brand bukan lagi milik perusahaan. Perusahaan harus berpikir bagaimana brandnya bisa menjadi manusia dimedia sosial. Nantinya masyarakat juga yang akan menetukan apakah “manusia” dilini masa mereka memberikan love atau malah fear.  Dari nilai kemanusiaan yang tadi telah dikatakan di media sosial, maka akan hadir sense of ownership atau rasa memiliki audience terhadap brand.

So, kapan kita akan merubah Brand menjadi “manusia”?

Posted in Social Media Opinion | Tagged , , , , , | Leave a comment